Rabu, 13 Juli 2011

Letting Go.

"Where were you;
When everything was falling apart?"
--You Found Me, The Fray
  

 Itu. Pertanyaan itu, lirik lagu itu, adalah pertanyaan yang ngeganggu otak saya semenjak saya lulus dan pisah sama temen-temen. Sekaligus apa yang selalu saya ingin tanyakan ke mereka semua. Terutama kepada dua orang yang udah.. Hmm, menghilang gitu aja dari hidup saya?

 Sejak saya lulus, bisa dibilang kami, enam orang sahabat yang tadinya dekat sekali, jadi pecah. Yang menghubungkan saya dengan tiga teman saya yang lain hanya seorang sahabat yang alhamdulillah sampai sekarang masih dekat dengan saya. Itu juga saya hanya tau kabar beritanya--nggak ada komunikasi apa-apa. Yang satu lagi? Hilang. Saya nggak punya kabar berita tentang dia sama sekali. Seolah nggak pernah ada dalam kehidupan saya sebelumnya. Mau apa lagi kan? Ya sudah, saya coba aja fit in di sekolah baru saya, siapa tahu saya punya sahabat baru lagi.

 Beberapa bulan kemudian, Ibu pergi. Sedih? Ya. Sangat. Dan pada waktu itu saya bahkan masih senyum dan bilang 'nggak apa' ke teman-teman sekolah baru. Karena saya masih nggak bisa bener-bener terbuka sama mereka--masih ada satu sisi yang nggak mau saya tunjukin ke mereka. Sisi cengeng saya yang cuma saya simpen ke mereka-mereka yang udah bener-bener tau saya bolak-balik-atas-bawah. I'm craving for them, tapi entah kenapa.. Rasanya diantara saya sama mereka--kecuali si 'penghubung' itu--ternyata memang gap-nya gede. Apalagi yang bisa saya kontak juga cuma satu, dan dia.. Ah, katakanlah sedang sibuk. Saya nggak mau ganggu, ya sudah. Saya mundur aja.

 Walau satu sisi dari saya masih meneriakkan kata-kata diatas:
 "Lo dimana waktu gue sedang 'jatuh'?"

 Ganti tahun, saya pindah ke Bogor. Awalnya emang sedikit susah, but I do survive. Dan saya masih sedikit berharap bahwa semuanya akan kaya dulu lagi--seengganya nggak ada lagi basa-basi dan kecanggungan diantara saya sama teman-teman saya yang itu. Tapi ternyata salah, kan. Fakta bahwa mereka semakin sibuk dengan dunia mereka bikin saya tambah kesal. Ya, kesal. Nggak sedih. Karena waktu itu saya masih nyari kambing hitam--maka saya menyalahkan mereka yang begitu cepat melupakan. Apalagi saat salah satu dari mereka--ehemehemcoughpunyapacarcoughcoughehem--dan PDA-nya abis-abisan. Oke, yang ini saya beneran murka karena mereka nyepam abis-abisan di timeline--sementara saya cuma follow salah satu dari mereka. Terus, terus.. Saya masih marah. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk berusaha nggak peduli.

 
 Sampai beberapa hari yang lalu.. Hmm, saya buka-buka arsip notes di FB. Foto-foto. Post-Post di blog jaman dulu, semua yang berhubungan dengan mereka. Dan bukannya rasa kesal dan kecewa yang timbul kaya dulu.. Sekarang saya cuma senyum kecil. Inget semua kegilaan yang dulu saya ciptakan sama mereka, all the precious moments and the pain we had. Rasanya nggak lagi bikin marah.. Rasanya kaya' ada sesuatu yang terangkat dari saya. Lega. Sampai saya akhirnya sadar bahwa saya sudah belajar untuk melepaskan, dan walaupun masih ada sedikit rasa ragu.. Rasanya lebih baik begini.

 Sekarang saya udah sadar dengan fakta bahwa perubahan pasti ada--itu yang menandakan bahwa kita hidup. Dan mereka juga melakukan hal yang sama dengan saya--berubah. Hanya saya mungkin mereka nggak sadar, dan orang-orang sebaik mereka nggak pantas disalahkan. Saya mungkin waktu itu masih nggak bisa menerima keadaan dan mencari sesuatu buat disalahkan. Tapi sekarang saya sadar, dan saya... berterimakasih setulus hati dari lubuk hati yang paling dalam... Terimakasih. Terimakasih untuk tahun terbaik yang pernah saya jalanin sama kalian. It was all the best. Benar-benar tahun terbaik yang pernah saya jalani sampai sekarang.

 "Don't cry because it's over;
Smile because it happened."
--Dr. Seuss


 Sekarang kata-kata saya itu. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar