Jumat, 29 April 2011

Other Side of Me

Yeah, yeah, i know.. I'm being emotionally fragile these days. Bodo, lagi masa naik turun kali gue :|

 Kali ini gue mau nulis sisi-sisi gue yang berseberangan. Aneh, hm? Dunno, everyone has their own balance and yin & yang.

 1. Biasanya, seringnya, gue nggak tahan liat adegan gontok-gontokan. Nggak beneran, nggak dalam film. Cuma bisa ngumpet ke orang di sebelah gue. Itu kalau gue lagi angelic mood, tapi. Kalau gue lagi beneran evil.. Hn, sejujurnya sih gue provokatornya. Dan kalau dua oknum itu udah berantem, gue mundur, duduk, nonton. Nyengir psycho. Bertingkah seolah gue nggak ada sangkut pautnya sama keributan itu. Tapi jarang banget sih gue kek begitu :-?

 2. Kalau gue lagi angelic mood.. Gue itu beneran bubbly. Heboh, ketawa-ketawa sendiri, kaya anak kecil. Ngomong ga dipikir dulu. Tapi kalau sisi evil gue lagi keluar.. Hmm, rather psycho it is. Diem, pasang senyum stoic, ngomong dipikiiiiiir banget, tapi sebisa mungkin buat nyakitin orang. Sementara sisi angelic gue itu sangat sociable, kalau gue lagi evilish pasti gue mendadak ansos. Tapi.. Yeah, kehormatan loh kalau lu bisa ngeliat sisi evilish gue, jarang nih B-)

 3. Kalau gue lagi manis.. Seriously, gue bakal jadi girl-next-door yang polos. Innocent. Nggak banyak protes. Tapi kalau gue lagi psycho-mood.. Hn, boro-boro girl-next-door, lu ngomong aja belom tentu gue tanggepin. Kalau gue tanggepin ya paling jadi cynical gitu. Pasang senyum manis, tapi lu tau gue marah banget kalau gue udah pasang senyum kek gitu. Nyeremin, berdasarkan kesaksian banyak orang yang udah liat gue kek begitu. >DD

 4. Kalau gue lagi mood biasa.. Kalau marah gue nangis. Mendem. Gondok dalem hati doang. Kalau gue lagi badmood dan dibikin marah.. Oh yes, gue ngelampiasin ke barang. Barang orang bisa. Banting sesuatu. Dulu waktu gue bener-bener masih nggak bisa ngontrol emosi gue, gue ngelampiasin ke orang. Bisa langsung gue tendang, bisa gue jitak, bisa gue tampar... Dan kayanya dengan lingkungan kek begini hal itu bisa balik kapan aja. Di Labschool gue dilatih untuk menahan diri.. Dan dengan lingkungan kaya begini rasanya ngebangkitin sisi 'rebellious' gue waktu kelas enam.

 Segini dulu yang kepikiran di otak gue, ntar kalo ada lagi gue edit kok :-?

Rabu, 27 April 2011

Missing Someone and Rensembles


Pic (c) LittleFlair@deviantART.

 Gue pengen nangis liat gambar ini. Anjis, ini dejavu parah. Adek gue yang enam tahun MIRIP, MIRIIIIP banget ama cowok di foto ini. Sebelas-Dua belas lah.

 Dan mendadak gue kangen dia. ;;_________;; IYE DIA MASIH IDUP! Tapi kan sekarang dia sekolah, gue libur.. Mendadak kangen, tau.

 Udah ah, gue mau nungguin dia pulang. Ampe rumah gue peluk-pelukin tuh anak. ;;_______;;

Changes—the Only Constant Thing in the World.

 Yea, Halo, Mau gue post serius kek, galau kek, sinting kek.. Suka-suka gue. #DOR

 Baru beberapa detik yang lalu gue lepas kendali. Yea, bener-bener lepas kendali fisik dan mental. Rasanya udah lama banget gue ngerasa se-terganggu ini, ngerasa bener-bener nggak mau diganggu. Dan akibatnya gue jadi banting buku--walau cuma ke kasur doang sih, tapi jarang loh lu ngeliat gue banting-banting barang kalau lagi marah. Biasanya paling gue mendem sendiri, atau main ngebacot, nangis, apa kek.. Nggak ngelampiasin ke barang. Dan marahnya ke salah satu orang yang cukup gue respek lagi.

 Gue sudah kenal orang itu lama. Yah--gue tau orang itu sejak gue lahir, tapi gue baru benar-benar kenal dia dua tahun belakangan ini. Dan kayanya dia cukup kaget ngeliat perubahan gue yang cukup drastis dari gue yang lumayan bisa ngontrol untuk nggak ngelampiasin ke barang jadi banting-banting begini. Reaksi gue?

 Cuma senyum dingin. Ambil headphone. Colokin ke laptop, setel volume gede-gede.

 Nggak, gue nggak sampai jerit-jerit gimana. Tapi buat orang-orang yang tahu gue--yang kenal gue.. Katakanlah bahkan gue yang begini aja udah cukup nyeremin. Mood gue paling psycho adalah saat gue cuma senyum dingin dan diam. Dengan gue banting barang orang udah tahu kalau mereka ngelewatin batas. Dan orang yang tadi ada konflik sama gue nggak pernah liat gue banting barang.. Seumur hidupnya. Kaget kayanya dia.

 Gue berubah? Ya, pasti. Gue ngerasain seiring waktu gue jadi sedikit--sedikiiiiiiiiiiit--lebih dewasa. Tapi kadang gue juga ngeri sama emosi gue kalau marah. I tend to build guards around me, yes. Tapi mungkin itu juga yang bikin ledakan emosi gue kalau udah nggak bisa dibendung lagi--lebih dahsyat? Mungkin.. Gue nggak tahu. Mungkin karena emang gue lagi capek mentally--ayah gue baru ngasih tau sesuatu yang nggak terlalu menyenangkan.

 Nggak taulah. Gue capek malem ini.

Sabtu, 23 April 2011

Dissapointment and Masks.

 Listening to Total Eclipse of the Heart - Glee Cast.

 Halo. Malam ini gue dibuat kecewa.. Lagi.

 Yah--gue nggak mau ngejabarin karena apa. I'm (still) not over it, though. Katakanlah ada seseorang yang menjanjikan gue sesuatu. Udah sejak lama. Dan saat gue cek.. Yah, hal yang dijanjiin itu belom ada. Gue ngerti kok kalau dia sibuk. Ngerti sekali. Tapi bisakah dia nggak menjanjikan apa-apa kalau memang dia nggak bisa memenuhinya? Apalagi, sejujurnya, gue bukan tipe orang yang.. Yah, gampang nagih sesuatu. Walau itu hak gue. I dunno.. Guess it's running from my dad's family.

 Dan gue paling benci sama diri sendiri kalau udah kaya gini: Kalo hal yang bisa gue lakuin cuma mendem doang.

 I know, i know, I'm not gifted with the gift of telling everyone what's on my mind. That what makes me a tsundere, i guess. #DOR. But seriously.. I keep everything inside. And yes, I'm humiliated to said that sometimes i do fake it. I don't even know why i do that--maybe to please someone. When everyone said proudly that they're not born to please someone.. I admit it. I always try to please others. Even i sacrifice myself on a few cases.

 Sometimes I'm tired of keeping everything by myself. Sometimes i just wanna explode and let it go. Sometimes i just want to walk away and don't give a damn on things.  Sometimes i just wanna forget people and let myself win.

 Well, happy imagining, girl.

Jumat, 22 April 2011

Being Emotionless

 Halo. Iya tau, akhir-akhir ini tulisan gue galau semua, suka-suka gue, blog gue ini. *WOY*

 Oke.. Gue jadi baru beberapa menit yang lalu dapet SMS dari guru gue, gue jadi nggak ikut lomba gara-gara proposal lomba ditolak sekolah. Gue cuma mikir 'oh', terus bales SMS bilang nggak apa, semoga masih ada kesempatan lain. Toh kenyataannya gue emang nggak kecewa-kecewa amat gitu loh. Entah kenapa rasanya cuma sekedar 'yaudah'. Malah kalau sekarang gue pikir-pikir lagi rasanya.. Apa yah? Kayak nggak ada kejadian apa-apa gitu loh. Kayak cuma 'Oh', dan gue nggak ngerasain kecewa atau sedih sama sekali.

 Dan entah kenapa.. Rasanya beberapa waktu emang gue udah begini. Gue bisa jadi sangat emotionless dalam masalah-masalah yang.. Yah, katakanlah cukup serius while i easily crack on simple problems. Beneran deh, jangan tanya gue kenapa. Gue sendiri bahkan nggak ngerti perubahan macam apa yang sekarang terjadi sama gue. Beda banget sama gue yang dulu. Jujur nih, gue kan dulu semuanya ditangisin. Cengengnya amit-amit. Dan yang gue nggak ngerti dan berputar-putar di kepala gue adalah...

 Kenapa gue nggak bisa menyalurkan kekuatan yang gue pake untuk jadi emotionless di masalah-masalah besar ke masalah-masalah simpel dan membiarkan diri gue lepas kendali sesekali aja--dalam masalah-masalah yang nggak terlalu simpel?

 Kadang gue pengen bisa jadi kaya anak lain gitu loh. Bisa nangis di masalah-masalah yang emang pantes ditangisin. Entah kenapa rasanya akhir-akhir ini gue... Kayak seolah nggak punya emosi gitu loh. It's true, gue ketawa, gue ngambek, gue gondok. Gue justru jadi anak heboh yang (gue berani bilang) lively sementara kebanyakan orang biasa aja. Tapi saat orang-orang yang biasa aja itu crack under pressure, nangis, marah.. Gue cuma angkat bahu, bilang 'oh', then kick back on the back seat, watching them.

 Salah nggak sih begitu? Jadi kebalikan dari orang-orang? Jadi orang aneh?

 Whatever then, proud to be weirdos btw. *digerus*

Rabu, 20 April 2011

Missing Someone Lately

 I used to have a guardian angel. Once.

 He was always there for me, yes. Through bad and good times. He always saves the day every time i need him. Guard me from bad things, guide me at the same time. For six years. I remember when he tried to keep me out of the problems at school. Remember when he trust me while others don't. Remember when he stick up for me. When he saves me from bad times--even though it cost his safety.

 But it is true that time do separate things.

 Yes, i have found another guardian angel now. But i just can't help it.. I know, i know, you'll never read this. You even barely sign your twitter/FB in, right? However, I'll just write it here:

 I miss you. So much.

"I'll miss the years that were erased;
I miss the way the sunshine would light up your face.."
--Lifehouse, From Where You Are
 
 
"I miss your tanned skin, your sweet smile
So good to me, so right.."
--Taylor Swift, Back to December 
 

Senin, 18 April 2011

Galau ver.1

 "Sacrifice: destruction or surrender of anything for the sake of something else."
--Brainyquotes

 Oke, mungkin gue mau nyetel otak biar agak serius dikit hari ini. Jadi tadi gue ngobrol-ngobrol masalah lomba di perpus sama guru.. Dan guru itu bilang gini; 'Segala deh kita korbanin.'. Jujur aja, gue merinding denger kata-kata itu. I know, i know, ga bakal sampe ada ngorbanin nyawa lah. Tapi tetep aja.. Gue sedikit berpikir lagi jadinya.

 Gue tau lombanya emang skala besar kok. Se-Jawa Bali. Dan gue udah biasa berkorban tenaga dan waktu. Tapi pasti ada hal-hal lain yang harus gue korbanin, kan. Yah--bahkan dengan LI aja udah bisa dibuktikan betapa rapuhnya ikatan persahabatan gue sama.. yah, panggil saja si Bunga (cewek woy, cewek). Dia emang nggak ngomong langsung ke gue.. Gue malah dengernya dari Edo. Walaupun akan gue coba perjuangkan dua-duanya.. Gue nggak yakin akan bisa.

 "...Too often ending in the loss of both."
--Tryon Edwards

 Tentu gue nggak mau begitu.

 Siapkah gue mengorbankan semuanya?
 Kuatkah gue?

Sabtu, 16 April 2011

Racauan. Racauan. Racauan.

Gue.. benci galau malem-malem. #krik #krikkrik

No--srsly. Akhir-akhir ini gue suka galau sendiri malem-malem. Apalagi kalau keinget nama itu. Shezz--Just can't help to think about him, you know? That awkward-but-nice-feeling when your mind goes blank and suddenly someone's name popping out in your head, and you're smiling and blushing at the same time when you're thinking about him..

 This is the first time i like a boy after the one at the elementary school.. and i daydream about him every night. Really.

 I love the way he defends me.

 I love the way he make me blush like crazy--even though he never realize it.

 I love the way he annoys me which sometimes makes me laugh.

 I love every single thing from him.

I used to hate him, remember? That jerky-jocks-typical-guy who never calls me by my name. It's always 'Oy, you, new student!' or 'Hey, you, the one who's reading!'. And i remember when i told him to call me by my name.. and he did. I just like it when he calls me 'Najla'. It's as if he's complimenting me, ya know? Well, Najla means 'the one who had beautiful eyes'. And i remember that Islamic Lesson, that English Stand, and when one of his friends hit me by accident... I always do remember all those things.

 Can't help it to like you, ya know.

Jumat, 15 April 2011

Ilona McLane





Nama Lengkap: Ilona McLane

Status Darah: Pureblood

TTL: SF (San Fransisco), 13 Mei 1918 kalo ga salah

Asrama: Carnegies petualang cinta (c) Jacob Chou =))

PM Said & Personality: Oooke, jadi.. Ilona ini adalah chara kesayangan aku kedua setelah si Lilly >:D< kenapa? Soalnya dua-duanya udah punya cowok paling mirip sama aku. I don't know... Sepertinya Ilona ini adalah sisi tengil yang aku pakai untuk nutupin sisi fairy dan mage aku yang cuma keluar pada saat-saat tertentu. Ilona yang slengean, Ilona yang polos (well i admit it, walaupun maksudnya disini polos bisa jadi bloon ._.) eh ga bloon deng, nilai dia dominasi O kok B-) #NAONDEEH Ilona yang semi-rebellious, Ilona yang gampang blushing dan salting, Ilona yang tsundere...

 Well, that's me.

 Personality? Oh yes, i do love rebellious kids B-) cewek ini.. Let's say, semacem Sirius Black ditengah-tengah muggleborn haters. You get the idea. Dan chara ini juga umumnya ramah sama orang kok.. Dan dia lagi suka sama seseorang loh walau dia udah punya pacar MIHIHIHI B-) *digebuk Josh* but can't help it Josh, Ilona crushes someone else. :"> tsundere? Yes muahahahaha >D chara aku yang nggak tsundere itu cuma Lilly sama Crystal loh B-) Ilona itu cablak, sejujurnya. Apalagi kalo udah ketemu yang sama-sama gila juga.. Beh =)) mulai dari nama panggilan, anak babi, ubin.. semuanya bisa nyambung gitu. *lirik-lirik tret* *dibakar* tapi sama orang lain dia juga bisa jadi.. Hng--apa yah? Let's say--semi-gullible? *dibejek* abisan dia anaknya polos gitu u_u tapi kalau dia lagi sama cewek yang manis gitu dia juga bisa jaga sikap kok :3

 Na-ah, I'm done. Si 'itu' ga usah dimasukin ah walau aktif, mihihihihi >33

Siggy (c) Katarina Danielovich

Rabu, 13 April 2011

Crystalline Ilona Evangeline Langford



 Nama Lengkap: Crystalline Ilona Evangeline Langford

 Status Darah: Pureblood

 TTL: Manchester, 13 Mei 1982

 Asrama: Gryffindor

 PM said & Personality: Crystal ini.. Dooh, aku nggak ngerti deh kenapa dia bisa masuk Gryff. Beneran =)) masalah asrama anak ini aku udah niatin bener dalam hati buat pipa air, dan menurut aku post seleksinya nggak menjurus ke asrama manapun. Dan menurut aku justru dia itu menjurus ke Raven. Tapi pas ngecek hasil seleksi, aku kaget nggak nemu nama dia di deretan warna biru. Pindah ke Huffle, yang menurutku paling cocok kedua. Bingung lagi, karena nggak nemu. Desperate, aku cari di deretan warna ijo. NGGAK ADA LAGI DONG. Karena panik, aku langsung search nama 'Crystalline Langford'. Dan kaget banget waktu liat nama dia diwarnain pake merah.

 Yaudahlah, emang jiwa Gryff kali ya. *dilibas*

  Sifat anak ini? Penasaran, yang utama. Ramah, yang kedua. Semi-rebellious, yang ketiga. Rada licik, yang keempat (walau samar). Penasaran, dia bisa maksa orang buat ngasih tau sesuatu sampe orang itu bosen. Ramah.. ya ramah. Aku ga bisa bikin chara jahat sih u__u. Semi-rebellious, dia nggak suka sama batasan-batasan yang dibikin orangtuanya karena dia asma. Rada licik.. Yeah, dia harus jadi agak licik kan biar dia bisa kabur dari aturan-aturan yang dibikin ortunya.

 Udah dulu. :>

Siggy (c) Kaylyn McAllister

Zania Altair









 Full Name: Zania Altair

 Status Darah: Pureblood

 TTL: London, 12 Juni 1980

 Asrama: Gryffindor

 PM Said & Personality: This girl turns out to be the emo-est char I've ever had. =)) Kalau Lilly adalah sisi bubbly aku, sisi fairy aku (kalau udah baca post aku yang Blabbing Around), maka Zania--or so called Zane--itu sisi Mage aku. Zane yang simpel, laid back, secretive, lebih suka jadi orang belakang panggung.. tapi dia juga cerewet sih. Sebenernya awal-awal Zane tumbuh jadi anak yang normal-normal aja, tengil, agak heboh juga. Tapi kelas tiga ini mulai aku tunjukkin sisi-sisi kelamnya dia. Zane yang nggak boleh percaya sama orang lagi. Zane yang pelanggar aturan, Zane yang agak emo. Sedikit sisi fragile-nya juga, sebagai Zane yang bingung dan ga tau harus berbuat apa.

 Asrama? Ah, jangan ditanya. Faktor sentris. B-) *dibapuk* dan ya, ini chara kedua aku. Aku mulai berani eksperimen plot-plot buat dia, coba ubah-ubah gaya deskrip jadi galau. Plotnya juga nggak bener-bener heboh sih.. Tapi yea, ini plot kesukaan saya so far untuk chara-chara yang pernah saya bikin. Yang belom dibikin sih nggak tau ya... *siul-siul* *digerus*

 Siggy (c) Michelle Chatterley

Lilly Springfield

Idk.. Mendadak aja ide tentang nulis chara gue satu persatu YANG AKTIF muncul. Yang aktif ya, yang ga aktif mah.. =))

 Alright, here it goes. First, Lilly Springfield:



 Full Name: Lilly Springfield

 Status Darah: Halfblood

 TTL: New Hampshire, 11 Maret 1979

 Asrama: Gryffindor


 PM Said & Personality: Orait.. yea, dia chara pertama saya. Bener-bener nggak ada rencana apa-apa buat dia. Nggak ada plot aneh-aneh. Bener-bener kopas saya, dengan perubahan sedikiiiiit aja. Dia yang punya kakak cowok, saya nggak. Dia yang ada masalah sama ayah, saya alhamdulillah nggak. Well--kelas satu dia bener-bener berubah-rubah banget sifatnya.. labil, yea? sumthin like that. Alhamdulillah seiring waktu dia juga mulai tumbuh, plot mulai berkembang dengan pipa air, mulai keliatan sifat-sifat aslinya. Punya sepupu, punya pacar (.///////.), quid player.. alhamdulillah.


  Personality? Oh well, seperti yang sudah dituliskan diatas... Lilly = Rani. Dia mungkin lebih ke sisi bubbly-nya saya, ya? :-? Lilly yang cerewet, suka ribet sendiri, yang kalo udah panik suka ngeracau sendiri, yang dalam situasi tertentu malah jadi ga bisa bicara apa-apa dan gatau harus ngapain. Tapi dia juga mewakilkan beberapa sisi gelap saya kok. Lilly yang lebih suka nyembunyiin perasaannya, Lilly yang kalau marah mainnya nyarkas.. Well, that's me.


  Nuff for Lilly Springfield, save the spaces for others. =))


 Siggy (c) Aubrey Ralleigh

You Found Me

Sial. Sial. Sial. Masa bodoh dengan dunia.

 Aku terus berlari meninggalkan pemakaman itu. Meninggalkan orang-orang dan segala kepalsuan yang mereka pasang dalam bentuk topeng dukacita. Membiarkan hujan membasahiku, berharap kepahitan yang kurasakan sekarang akan luruh dalam basuhan air. Mengabaikan teriakan Ibu. Kalau memang mereka memang peduli mengapa hanya diam? Mengapa tidak mencegahku pergi? palsu. Atau mungkin aku masih belum bisa menerima kenyataan bahwa ayah sudah tidak ada. Ayah sudah pergi. Walaupun aku masih bersyukur dengan kenyataan bahwa ayah meninggal saat sedang mengajar. Yah, itu salah satu cara pergi yang baik, kan?

 Masih ada Ibu, tentu. Tapi kau tahu kan bagaimana pentingnya seorang ayah bagi anak laki-laki berusia tiga belas tahun? Aku tidak bisa berteriak-teriak seperti orang gila saat menonton sepakbola bersama Ibu. Aku tidak bisa memancing berdua dengan Ibu seperti yang kulakukan dengan ayah. Yeah, wajar kan kalau aku benar-benar kehilangan Ayah? Kami berdua sangat dekat dulu. Terkadang aku membantunya memeriksa hasil pekerjaan mahasiswanya. Dengan bantuan kunci jawaban, tentu. Dan Ayah memberiku sedikit bayaran atas bantuanku kepadanya. Ayah selalu mengajarkan bahwa kita harus bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu.

 Kecipak air terdengar lebih keras dibandingkan titik air menghantam tanah. Awan gelap bergulung diatas, seolah mengisyaratkan bahwa rinai hujan akan terus berjatuhan ke bumi. Nafasku mulai terputus, terengah. Bahkan aku sudah tidak tahu berapa jauh aku berlari dan dimana aku sekarang. Kakiku mulai terasa sakit. Melihat sebatang pohon, aku memutuskan untuk beristirahat dibawahnya. Menyandarkan kepalaku ke serat-serat kayu yang kuat. Meluruskan kedua kakiku yang nyeri. Memejamkan mataku sejenak, mungkin tertidur beberapa saat. Peduli setan dengan orang-orang di pemakaman. Mungkin aku akan kembali lagi.

 “Kau kenapa?”

 Sebuah suara halus memecah keheningan. Kaget, kubuka mataku mendadak. Seorang anak perempuan yang berdiri dihadapanku. Mungkin setahun lebih muda dariku. Membawa payung hitam. Baju terusan dibawah lutut berwarna putih, bagian atas tertutup kardigan hitam. Rambut lurus sewarna mahogani yang sedikit mengikal kedalam di ujungnya sebatas bahu. Sosoknya mungil. Tidak lebih tinggi dari aku, mungkin sekitar 150 senti. Sepuluh senti lebih pendek dibandingkan aku. Tapi yang membuatku terdiam adalah sepasang hazelnya yang menatapku polos. Membuatku terdiam selama sepersekian detik yang aneh. Akhirnya aku hanya menggeleng pelan sebagai jawaban.

 Lalu gadis itu mengulurkan tangannya. “Aku tahu kau tidak baik-baik saja. Kakimu pasti sakit, kan?” matanya beralih ke pergelangan kakiku yang terlihat agak bengkok. Aku hanya menggumamkan ‘iya’. Belum menyambut uluran tangannya. Menelitinya dari atas kebawah, memutuskan apakah aku bisa mempercayainya atau tidak. Aku tidak mau mempercayai orang yang salah untuk kedua kalinya. Seperti aku mempercayai orang yang seharusnya bisa menjaga ayahku. Tangannya masih terulur, menunggu disambut. Tatapan matanya masih polos seperti sebelumnya. Seolah tidak mengerti arti tatapan sinis dariku.

 “Ada apa? Kau tidak mau kakimu diobati?”

 “Bagaimana aku bisa percaya padamu?”

  Tanpa disangka-sangka ia berjongkok dihadapanku. Tidak terlalu dekat. Tapi cukup dekat untuk membuat debar jantungku lebih aktif dari biasanya. Dan kalimat yang meluncur berikutnya dari bibirnya membatku terkejut setengah mati.

 “Ibuku bilang kau bisa menilai seseorang dari tatapan matanya. Sekarang lihat mataku. Apa yang kau lihat disana?”

 Kalimat itu. Kalimat yang pernah diucapkan ayah padaku. Walaupun belum pernah kubuktikan. Mencari pembuktian dari kalimat ayah dan bersaha menilai gadis itu, aku menatap hazelnya. Dan yang kutemukan disana hanya sepasang tatapan polos dan ekspresi statis gadis itu. Tidak seperti topeng seperti yang dipakai orang-orang di pemakaman tadi. Walaupun aku tidak mengerti apa artinya, tapi setidaknya lebih baik daripada senyum palsu yang tadi mereka pasang, yang (katanya) untuk menyemangatiku. Dan sepertinya aku bisa mempercayai gadis kecil yang menungguku menyambut tangannya itu. Maka aku berdiri, mengambil tangannya.

 “Namamu siapa? Aku Raymond Richardson. Panggil saja Ray.”

 “Zania Altair. Zane. Senang bertemu denganmu, Ray.”


Oh geez, gue tau Ray-nya OOC subhanallah. Tapi.. yah, ini draft lama gue yang mendadak gue baca-baca ulang.. dan ya gue tau ini ngegantung =)) Zania Altair's mine, Raymond Richardon is Hanum Salsabila's. Ray PoV. Title credit to The Fray's You Found Me.

 num, ntar Ray dibikin emo aja. Lebih ganteng. *APAAN*

Selasa, 12 April 2011

Untitled: Side Story.

 Pleasure Beach Blackpool. Ingat sesuatu, Lilly?

 Aku hanya tertawa kecil saat melihat Joey dan Regina—anak Lucas yang sekarang sudah dua belas tahun—berdebat tentang roller coaster yang baru saja mereka naiki, dan memperdebatkan apa yang akan mereka naiki berikutnya. Well, pleasure beach blackpool. Selama sedetik aku tenggelam dalam memorinya tentang taman hiburan di pantai itu dan seseorang yang sudah menghabiskan salah satu musim panas bersamaku di tempat itu. Orang yang tiga bulan terakhir ini sedang ada di suatu tempat di Rusia, meneliti tanaman-tanaman obat.

 Pertama kali aku bertemu dengannya diluar kelas adalah di jembatan. Saat itu kami sama-sama menolong Eva—Evangeline Rothschilds, ingat kan?—yang kolaps karena fobianya kambuh bersama Kevin Grant. Pada saat itu tidak ada lagi yang kuketahui tentangnya selain namanya Valliant Ermintruchee, dia Hufflepuff dan seangkatan denganku. Tapi entah mengapa saat melihatnya di kelas-kelas atau sekedar berpapasan di koridor aku merasa bahwa ada sesuatu yang menghimpitnya sedemikian rupa. Dan pada saat kami berempat bertemu di jembatan aku tahu bahwa dia bisa dijadikan teman.

 Kali pertama kami benar-benar mengobrol dengan serius adalah di bagian belakang kereta Hogwarts Express. Aku masih ingat ekspresinya saat aku pertama kali melangkah ke belakang gerbong paling belakang. Dan pada saat itupun aku masih tidak tahu apa-apa tentangnya. Hanya sedikit bertambah bahwa saat itu kelihatannya ia sedang sangat frustasi, dan aku sempat terpikir untuk mundur dan tidak mengganggunya. Tapi ternyata semuanya berjalan baik, dan pertemuan di belakang kereta itu diakhiri dengan teriakan-teriakan dan tawa lebar. Dan setelah itu satu persatu tirai tentang rahasianya mulai terungkap. Tentang masalahnya dengan sepupunya. Tentang kakaknya yang suka mengiriminya hadiah-hadiah ‘membahayakan jiwa’. Et cetera, et cetera.

 Hogsmeade pada tahun keempat, memilih hadiah untuk ‘gadis rahasia’ teman Vale. Oh well, mungkin aku yang terlalu insensitif dan tidak menyadari bahwa gadis yang dibicarakannya sepanjang perjalanan adalah aku. Well, bodoh ya? Terlebih dengan pertanyaanku tentang tali pada malam musim dingin itu—bahkan aku masih ingin membenturkan kepala ke tembok terdekat kalau mengingat pertanyaan konyol itu. Dan ya, tidak semuanya berjalan lancar. Tahun kelima cukup sulit. OWL, kesibukannya sebagai Prefek, Axel yang masuk Hogwarts—dan dia yang menempel kepadaku walau aku bukan babysitternya, dan saat-saat tidak menyenangkan di kebun Hogwarts. Yah—walaupun pesta akhir tahunnya berhasil membuatku tidak bisa tidur semalaman.

 THAT was my very first kiss, Merlin’s beard!

 Aku masih tidak mengerti mengapa harus dia. Of all the boys in the Hogwarts i could fall for, i ended up falling for him. Tapi ya, bahkan hanya dengan kata-kata simpel atau gestur tidak sengaja darinya aku bisa merasa seolah-olah sedang melayang. Kepanikanku bisa teredam hanya dengan beberapa patah kata menenangkan darinya. Dan terkadang aku merasa sangat berdosa kepadanya—dia yang sudah banyak berjuang untukku. Lalu apa yang sudah kuberikan kepadanya? Tidak banyak, sejujurnya. Mungkin tidak ada. Lilly Springfield yang selalu membuat Valliant Ermintruchee kerepotan. Stupid Lilly. Tertawa sambil mengibaskan tangan pada Joey—sheesh, kan dia yang diberikan amanat untuk menjaga Regina—yang berlari mengejar anak perempuan itu, aku duduk di kursi terdekat. Mengeluarkan ponselku, menimbang-nimbang sebentar sebelum memutuskan untuk memanggil nomor tersebut.

 “Telepon saja apa susahnya sih?”

 Haa—bahkan untuk menelepon saja tidak bisa dalam suasana tenang. Aku memandang kebelakang—arah suara—dan memutar bola mata saat melihat Jason Springfield nyengir (sok) inosen menghadapku. Menepuk-nepuk kursi kosong di sebelahku, memberinya isyarat untuk duduk.

 “Menganggu tidak sih kira-kira?”

 “Hng—rasanya tidak. Dia sih tidak pernah terganggu olehmu—WOY!”

 “Aku serius!” pekikku gemas saat jitakanku mendarat di kepala adikku itu. Yeah, yeah, umurnya sudah sembilan belas, tapi rasanya harus menunggu bertahun-tahun lagi agar ia bisa jadi serius. Tapi kali ini rautnya tidak main-main—entah sekedar akting atau benar-benar serius.

 “Aku serius, tahu. Seems like he really do fall for you, yeah? Tadinya aku dan Selene berencana mengganggu kalian. Tapi rasanya cukup dengan Axel saja.” Berhenti, nyengir sejenak sebelum melanjutkan. “Bahkan ujung-ujungnya aku jadi tidak tega dan menyuruhnya mengikhlaskan kau dan Vale.” tawanya berderai setelah selesai dengan kalimatnya. Dan hal ini tentunya membuatku kaget.

 “Whoa, whoa. Jadi kau yang bilang padanya agar berhenti merecoki aku dan Vale?”

 “Mh-hm. Jadi tunggu apa? Cepat telepon. Tuh, Joey sedang sibuk dengan Regina. Tidak ada yang  menganggu.”

 Termangu sejenak, membiarkan Jason lolos dari pandanganku. Kembali memandang layar ponsel, aku menekan nomor yang dituju. Nomornya.

 “Hey, kau sedang apa disana? Disana musim dingin kan? Tapi kau tidak kenapa-kenapa kan—“

 Dan kalimatku terpotong oleh ledakan tawanya. Great.


 “Hey, hey, easy. Aku sedang duduk di taksi, ya, disini musim dingin seperti disana, dan aku baik-baik saja.”

 “Taksi? Kau memangnya dari mana dan mau kemana? Mau mencari jenis-jenis tanaman lagi?”




“Aku menuju bandara kok.”



Terhenyak sejenak. Bandara? Merlin, jangan bilang dia harus pergi ke suatu tempat untuk meneliti tanaman lagi. haruskah? Aku mencoba mengatur nada suaraku agar tetap terdengar biasa saja.


“Bandara? Mau pergi kemana lagi?”



“London. Pick me up at the airport, will you? See you there, love.”


 Aku terdiam sejenak sementara sambungan telepon terputus. Lalu tanpa basa-basi aku langsung berlari meninggalkan Pleasure Beach Blackpool, mencari taksi untuk segera berangkat ke Heathrow. Well—kalau ada apa-apa toh Jason bisa menelepon.

 He’ll be here soon, that’s what really matters.

Untitled

 Udara Moskow—dingin ya?

 Aku masih tidak mengerti bagaimana aku bisa memilih herbologist sebagai pilihan karir saat kelas lima. Sementara dia memilih apoteker. Bertolak belakang, dimana pekerjaan seorang herbologist adalah berkeliling dunia, meneliti jenis-jenis tanaman. Sementara dia di London, meracik obat-obatan untuk orang-orang yang membutuhkan. Dari dulu aku selalu berpikir bahwa seharusnya dia di Hufflepuff, bukan Gryffindor. Well, tapi rasanya dia memang punya stok keberanian dan kejujuran jauh lebih banyak dari anak-anak Hufflepuff yang lain. Gryffindor yang unik, ya, dia? Perlahan senyumku terkembang saat memori tentangnya menguar dalam otakku. Aku memejamkan mata sejenak, mencoba mengingat-ingat senyumnya yang selalu membuatku ikut tersenyum. Mengingat suaranya yang cerewet setiap kali aku menghubunginya dengan telepon.

 Rasanya mantelku ini tidak terlalu membantu saat musim dingin di Moskow sedang menggila. Bahkan saat aku sudah di dalam taksi dengan penghangat. Pasti di London tidak sedingin  ini, walaupun disana juga sedang mengalami musim dingin. Setidaknya anginnya tidak seganas ini dan saljunya tidak setebal disini. Well yea, setidaknya dia aman disana. Di London. Tapi.. hng, you know that sort of feeling, right? Tetap merasa khawatir karena kau tidak ada di sisinya,  atau mungkin malah perasaan tidak aman. Merasa lemah. Karena sumber kekuatanmu adalah orang itu, dan ia tidak bersamamu.

 Aku masih ingat pertama kali bertemu dengannya. Benar-benar mengobrol, tidak hanya saling mengangguk saat bertemu di koridor atau bertatap muka di kelas. Saat itu aku masih kelas dua, hanya seorang anak laki-laki yang dibuat frustasi oleh pertengkaran dan kerenggangannya dengan sepupunya. Dan dia hanya anak perempuan sederhana yang tidak mendapat kompartemen di Hogwarts Express. Kami bertemu di bagian paling belakang kereta, dan aku masih ingat ekspresinya yang sedikit kaget—atau malah mungkin ketakutan—mendengar teriakan frustasiku yang sedikit tertahan. Aku tidak terlalu kenal dengannya, hanya tahu bahwa namanya Lilly Springfield dan entah mengapa ekspresi lepasnya saat berteriak membuatku merasa lebih rileks.

 Tahun ketiga adalah saat kami benar-benar bisa berbincang panjang lebar di kandang burung hantu. Saat aku mulai merasakan bahwa bernapas menjadi lebih sulit di sekitarnya. Pembicaraan tentang ikatan dan orang-orang yang dekat dengannya. Hadiah di kandang burung hantu. Mencuri pandang wajahnya saat kelas Transfigurasi dan Arithmancy. Dan bodohnya aku belum menyadari bahwa aku menyukainya. Mungkin bahkan lebih dari sekedar menyukai. Dan aku terus lari dari kenyataan bahwa aku memang menyayanginya. Dan tetap bersembunyi dalam ketakutanku akan sebuah ikatan.


 Tahun keempat, surat-surat yang berdatangan. Pleasure Beach Blackpool bersama Halley dan Resse. Kunjungan Hogsmeade, dan bahkan sejak awal tahun aku sudah menyadari bahwa aku menginginkannya. That obsessive feeling, dan puncaknya adalah malam musim dingin sepulang dari Hogsmeade. Sebuah pertanyaan konyol yang dibalas dengan anggukan gadis itu. I’m officially hers and she’s officially mine. Walaupun tahun kelima tidak terlalu menyenangkan—obrolan dalam keadaan lelah di Hogwarts Express, pelukan sepupunya, pengakuan di taman. Dan untungnya berhasil diakhiri dengan kecupan singkat di Pesta Akhir Tahun.

 Konyol, mungkin, tapi sampai sekarang aku tidak tahu mengapa harus dia. Aku hanya tahu bahwa aku menyayanginya. Sangat. Bahwa dia satu-satunya orang yang bisa membuatku tenang dan khawatir pada saat yang bersamaan, bahwa dia telah memberikanku kekuatan untuk terbang dan menembus batasan-batasan yang diberikan oleh sepupuku. Bahwa aku tidak pernah mau kehilangan dirinya. Bahwa dia milikku yang paling berharga—dan dia sempurna dimataku. Kesempurnaan yang terkadang membuatku merasa tidak pantas jika disandingkan dengannya.

 Lamunanku terputus oleh dering telepon genggam. Senyumku mengembang saat melihat nama penelepon di layar ponselku. Menekan tombol hijau, aku menempelkan ponsel tersebut di telingaku. Bersiap mendengar berondongan pertanyaan dari penelepon.

 “Hey, kau sedang apa disana? Disana musim dingin kan? Tapi kau tidak kenapa-kenapa kan—“

 Dan kalimat-kalimat tersebut kupotong dengan gelak tawa.

 “Hey, hey, easy. Aku sedang duduk di taksi, ya, disini musim dingin seperti disana, dan aku baik-baik saja.”

 “Taksi? Kau memangnya dari mana dan mau kemana? Mau mencari jenis-jenis tanaman lagi?”

 Aku tertawa halus. Celotehannya seperti ini yang biasanya menenangkanku sekaligus membuatku tertawa karena rentetan pertanyaan darinya.

 “Aku menuju bandara kok.”

 “Bandara? Mau pergi kemana lagi?”

 Aku tertawa kecil, membayangkan reaksinya jika mendengar kata-kata yang akan didengarnya dalam hitungan detik.

 “London. Pick me up at the airport, will you? See you there, love.”

Minggu, 10 April 2011

Learning Inovation

Ohai. Gue mau nepatin janji cerita tentang LI, Sejak galau gue udah ilang. ga juga sih, dari tadi playlist gue back to december atau the only exception.

Jadi gue nyampe sekolah jam setengah tujuh. Biasa, normal. Main-main ke stand English, bantu-bantu Hanna sama Qika dikit. Terus ketemu Aqilla, Wina, Dio, Edo, Avira, Hammam. Tadinya masih mau main-main, gitu, berhubung Edo juga lagi seneng di stand KIR. Tapi udah disuruh kumpul sama Bu Yoyoh, jadi kita kumpul di lab. Latihan percobaan pake buah, gitu. Jadinya yang dipake cuma apel sama jeruk kan buahnya. Dan ternyata kita baru tahu kalau buah itu bisa nyetrum. Sakit pula. Edo tuh jadi korban, sampe tiga kali kesetrum huahahaha. Latihan presentasi, sama beberapa anak kelas tujuh yang pura-pura jadi penonton.

Udah tuh, turun. Duduk-duduk, ngapalin nggak jelas, mondar-mandir. Pokoknya masih dalam fase gugup dan nervous lah. Mana giliran pertama kan kita. Giliran grup LI IPA kelas 7 dipanggil, maju. Gue udah baca-baca dalem hati. Baca bismillah, baca doa.. dan alhamdulillah gue lumayan lancar. Walaupun awalnya agak-agak gugup juga. Abisan pembukaannya mendadak ditambahin gitu loh, jadi agak gagap ngomongnya. Terus pas percobaan alhamdulillah aman, buahnya nggak nyetrum lagi wahahaha. Menurut gue nggak jelek-jelek amat lah :-?

 Abis presentasi ngapain?

 Aftershow party. HAHA NGGAKLAH. Jadi kita balik ke lab, terus foto-foto nggak jelas gitu. Minumin semua sisa bahan-bahan percobaan (sprite, coke, sama pocari) dan makan buah-buahan yang masih ada. Gue makan apel sendirian dong huyeah B-) Lagian salah sendiri nggak minta duluan, week :p terus keliling-keliling sekolah ga jelas gitu, sebelum akhirnya nyangsang main scrabble sama Kiki di stand english :3 dan kayanya kita main scrabble-nya paling lama, ya iyalah disambi nyanyi-nyanyi I Want It All yang soundtracknya HSM 3, tau kan? Huahahaha, udah diprotes tuh sama Reza, "Mau nyanyi atau main scrabble?" wkwk ampun kakak :p Pokoknya gue kalah deh sama Kiki~


 Abis itu ngapain yah? OH IYAA Main game Cooking Academy 2 di laptopnya Mai sama Adhimas sama Kiki hahahaha jadi awalnya Adhimas main sama gue, gitu, tapi mendadak si Kiki pengen ikutan main yaudah jadinya main bareng-bareng.. DAN IYA TAU GUE GUE GA JAGO NGEGORENG pasti gosong melulu kalo gue yang bagian bakar-bakaran atau goreng-gorengan huooo TT.TT terus mergokin orang yang bokinan pas nonton penampilan terakhir, ehem siapa tuuh :> *gubrak*

 Oke terus beres-beres stand. Yaaaay dapet balon yang warna kuning! XDD Tapi masa mau dipecahin sama Audi, weeek enak aja :p ambil balon yang lain aja kalau mau, jangan  balon gue [-( terus foto-foto. Abis itu nonton gnomeo and juliet deh sama Hanna, terus foto box di botas mihihihihihi ^^v

 Btw gue makan gaji buta amat yak. Jaga stand nggak. Beres-beres cuma dikit. Tapi ikut foto-foto. Makan bengbeng dua. Ngambil balon pula. Huahahahaha >:)

Sabtu, 09 April 2011

Crush Quotes

"Based on Psychological study, a crush only lasts for a maximum of 4 months. If it exceeds, you are already in love."
-Ohteenquotes @ twitter

...It hits me.

Clementine Levy









 Cantik ya? Ini Zania Altair Clementine Levy, fashion blogger yang blognya lumayan keren, IMO. Dia foto-fotonya jarang yang ceria sih, emo terus u_u bertolak belakang sama chara gue Zane yang pake visualisasinya dia tapi anaknya tengil -.-

Anyway, check her out at http://www.clementinelevy.com :3

So Close - Jon McLaughlin

You're in my arms
And all the world is calm
The music playing on for only two
So close together
And when I'm with you
So close to feeling alive

A life goes by
Romantic dreams will stop
So I bid mine goodbye and never knew
So close was waiting, waiting here with you
And now forever I know
All that I wanted to hold you
So close

So close to reaching that famous happy end
Almost believing this was not pretend
And now you're beside me and look how far we've come
So far we are so close

How could I face the faceless days
If I should lose you now?
We're so close
To reaching that famous happy end
And almost believing this was not pretend
Let's go on dreaming for we know we are
So close
So close
And still so far

Gomenasai - T. a. T. u

What I thought wasn't mine
In the light
Was a one of a kind,
A precious pearl

When I wanted to cry
I couldn't cause I
Wasn't allowed

Gomenasai for everything
Gomenasai, I know I let you down
Gomenasai till the end
I never needed a friend
Like I do now

What I thought wasn't all
So innocent
Was a delicate doll
Of porcelain

When I wanted to call you
And ask you for help
I stopped myself

Gomenasai for everything
Gomenasai, I know I let you down
Gomenasai till the end
I never needed a friend
Like I do now

What I thought was a dream
A mirage
Was as real as it seemed
A privilege

When I wanted to tell you
I made a mistake
I walked away

Gomenasai, for everything
Gomenasai, Gomenasai, Gomenasai
I never needed a friend,
Like I do now

Gomenasai, I let you down
Gomenasai, Gomenasai,
Gomenasai till the end
I never needed a friend
Like I do now

P. S: Gomenasai means I'm Sorry. In Japanese.

P. P. S: Gomenasai, Hontouni gomenasai. I know i never been a good friend for you. Never been a good sister as you do. But i do deserve a second chance, do i?

P. P. P. S: Jangan kaget kalau gue galau mendadak.

Intermezzo

 Well--Oke. Sebelumnya gue minta maaf karena gue sedikit menunda ngedit postingan tentang minggu hectic gue dan LI. Ada sedikit.. yea, katakanlah gue mau curhat. Tapi kali ini yang sedikit serius, ya.

 Gue kadang suka iri sama orang-orang yang punya.. let's say, katakanlah semacam keluarga kedua. Entah mungkin mereka gabung klub apa atau ketemu dimana.. well yea, karena sejujurnya gue pengen punya orang-orang yang bisa gue anggap begitu. Ya, dulu gue punya temen-temen YoVille. Tapi mereka pergi gitu aja, kan, ninggalin gue? Dengan alasan bosen sama YoVille pula. Gue back off aja daripada sakit hati ditinggalin tanpa penjelasan apa-apa. Terus gue juga punya partis. Tapi.. yea, ada satu kejadian yang bikin semuanya berubah total.. dan lagi-lagi gue ditinggalin.

 Sekarang gue ada komunitas yang membuat gue serasa punya rumah kedua. Gue masih nyaman disana. Tapi gue bisa merasakan bahwa semakin gue masuk sana.. rasanya semuanya semakin rumit, yeah? Dan beberapa hal berubah. Orang-orang menjauh. Well--maybe i should learn that some of the netfriends never meant to last, yea? Tapi rasanya sakit aja gitu ngeliat orang-orang yang seharusnya deket sama lu perlahan menjauh. Karena kesalahan lo, dan lo udah minta maaf sama dia. Gue tau kesalahan gue berat. Gue tau gue teledor. Dan gue tau gue nggak bisa ngedeketin dia untuk jangka waktu seengganya beberapa bulan ini. Sangat bodoh.

 Oke--jadi semua racauan ini intinya cuma begini aja: Kalau lu punya orang-orang yang lo sayang, please jaga perasaan mereka.

 Karena mungkin aja lo baru sadar bahwa mereka berharga setelah mereka pergi.

Jumat, 08 April 2011

Hectic Week

Ohai. Sheez, minggu ini gue hectic banget. Puncaknya hari ini.

Jadi semua kegilaan ini awalnya hari Rabu. Dimana gue presentasi biologi. Nggak, gue nggak aneh-aneh pas presentasi. Gue nggak kayang. Gue ga teriak-teriak "gue cinta kappa" sambil keliling kelas. Gue presentasi biasa, tentang taneman jagung dan dimana pot dengan isi 20 biji merupakan pot terkutuk karena mati ditengah-tengah pengamatan. Nggak deng, gue nggak langsung ngomong "Pot with 20 seeds is a cursed pot" kok. Udah selesai presentasi, Bu Yoyoh ngajak gue keluar. Gue udah mikir apaan tuh. Taunya ditawarin ikut LI kan. Alhamdulillah sih, yaudahlah gue terima.

LI itu Learning Inovation, semacem presentasi tentang pelajaran dihadapan calon murid gitulah.

Dan yeaa, ke-hectic-an itu dimulai dari LI. Karena hari Rabu gue baru disuruh ujug-ujug ikut, yaudah gue nggak latihan. Nonton aja. Temen-temen LI IPA gue itu Aqilla, Wina, Avira, Hammam, Dio, sama Edo. Hari Rabu semuanya berjalan (semi) normal. Ngetawain Aqilla doang, paling :-? *digampar* Dan yaaaa, kegilaan-kegilaan itu semua mulainya hari Kamis.

Hari Kamis pelajaran pertama gue dijemput untuk cabut. Hee--ga cabut juga sih ya. Pokoknya keluar kelas dimana kegiatan yang dilakukan adalah 70 persen main dan ketawa, 20 ngerjain presentasi dan latihan, 10 persen jajan. Ahihihihi--plak. Jadi ngerjainnya kan di tangga, gitu. Nah di deket tangga itu ada pohon. Nah di pohon itu uletnya buanyaaaak banget. Masih dalam kepompong, gitu. Nah karena kita bosen dan males ngerjain presentasi (ngaku dosa HAHA) jadi kita ngebedah uletnya gitu deh. Yang mulai sinting adalah waktu Hammam ngelemparin uletnya ke Wina. Kena bibirnya. Ketelen.

Tau reaksi anak-anak?

 "CIEEEE HAMMAAAAM"

 Oke emang dasar anak-anak abnormal ya orang lempar-lemparan ulet bukannya jijik atau apa malah cie-ciean. Ngakak heboh sih iya, Wina sampe batuk-batuk heboh gitu buat ngeluarin uletnya huahahaha jorok ah Hammam. Bodo ah, emang cinlok beneran kali ye tuh dua anak hauhahahahaha. Kalo emang jadian PJ paling gede anak-anak LI IPA yaaa ahihihihihihi--abaikan. Terus udah lah, jadi nggak jelas gitu sampe pulang wkwk ketawa-tawa geje gitudeh. Terus pas mau pulang disuruh sesi curhat sama Bu Yoyoh kalau misalnya ada ganjelan apa gitu di hati. Tadinya mau langsung curhat kek ember bocor ke Bu Yoyoh kalau gue lagi sedih dan patah hati. ENGGAK DONG BIKIN MALU AMAT =.=  udah gue bilang aja capek, nyita waktu tapi bangga.

 Hari Jum'at. JENGJENG gue gladi bersih hari ini degdegan langsung di panggung ahahahahahaha degdegan parah. Alhamdulillah katanya gue udah lumayan.. Tapi suara gue kekencengan. Oke cutau bu -.- HAHA nggaklah. Terus tau apa tugas gue sama Wina sementara Qilla, Avira, Edo, sama Hammam beres-beres alat percobaan?

Disuruh belanja dong. Krik. Krik. Krik krik parah.

Iya disuruh belanja bahan-bahan percobaan buat besok gitu. Di Super Indo. Iyasih dikasih duit buat belanja.. Tapi bayangin dong orang yang udah capek-capek berdiri presentasi blablabla yaddayadda disuruh belanja. Yaudahlah gara-gara saya anak yang baik saya turutin *HALAH*. Naik becak berdua sama Wina sampe super indo jembatan merah. Mbak-mbak superindonya kaya cengo gitu pas gue sama Wina minta jeruk, pir, sama apel yang paling asem huahahahahaha -.-

Segini dulu ya. Gue edit besok. Tepar gue haushaushaushaush.

Kamis, 07 April 2011

My Magical Grandma

GUE MAU CURHAAT! #krik #krikkrik #krikkrikbanget


Oke, jadi ceritanya gue punya nenek. Ya semua orang juga punya nenek kali Ran -.- Oke, intinya gue mau curhat tentang nenek gue ini. Nenek gue ini baik. Baik banget, ga boong. Nggak pelit. Malah kadang gue ga minta dikasih ^^v ya, gue mulai kedengeran kek cucu matre sekarang. Nggak kok, gue mah nyante aja. Terus gahoel juga. Terus suka dengerin kalau gue ngeracau atau cerita-cerita tentang sekolah. Sounds like a perfect grandma, hm? Belum dengerin lanjutannya sih lu.

Nah, jadi gue udah bilang kan kalau nenek gue ini gahoel. Dan seperti anak gahoel yang lainnya, nenek gue ini juga frontal. Terkadang ini jadi masalah. Oke, gimana nggak jadi masalah kalau misalnya nenek lu dateng ke pembagian rapot bayangan lu, terus ketemu sama nemesis lu (yang sialnya cowok), terus bilang ke dia gini: "Ooh, ini ya temennya Rani yang katanya cakep itu?"

U get the idea. Ntar gue disangka naksir sama dia. Untungnya itu pas kelas 6.

Dan yang kadang bikin gue pasang muka begini ---> (-_______-)" adalah kalau nenek gue mulai lebay. Iya, saudara-saudara. Lebay. Contohnya gini. Gue berangkat sekolah pake kuncir rambut warna ijo. Terus nenek gue bilang pake yang warna item aja biar nggak ngejreng. Sementara iket rambut yang warna item itu GEDE, para pembaca. Kaya hiasan yang dipake di cepolnya penari flamenco, tau? Pokoknya yang gede gitulah. Sama aja, dong. Yaudah, gue males ganti. Lagian yang ijo juga nggak ngejreng-ngejreng amat kok warnanya.

 Udah nih, gue udah di mobil ama sodara sepupu sama bude gue. Tau-tau hape bude gue bunyi, kan. Dari nenek gue. Gue udah mikir aja nih, kenapa. Tau nggak bude gue bilang apa waktu telponnya udah ditutup sama nenek gue?

 "Kak, katanya uti kamu disuruh ganti iket rambut."

 WTF BANGET DONG PARA PEMBACA. Gue bahkan diuber-uber di telepon buat ganti iket rambut. Sepele kan? Haaaa--yaudah, bude gue kasih iket rambut warna item (yang untungnya nggak gede, alhamdulillah) dan gue ngelanjutin sisa hari dengan tenang.

 Oke, jadi post ini cuma buat nyeritain gimana gue gondok gara-gara iket rambut. Udahan. *ngeloyor* *disepak*

Rabu, 06 April 2011

Blabbing around

 Ohai, Saya pengen ngeracau lagi disini. Ahihihi ^^v sekarang saya mau cerita-cerita lagi.. more specifically.

 Saya? Alien. No--srsly, saya cuma anak perempuan biasa yang hidup di dunia yang nggak biasa dan dikelilingin sama orang-orang yang nggak biasa juga. A huge dreamer, segala hal bisa dibikin khayalan. I'm not hard to please, honestly. Banyak yang bilang saya aneh. Mulai dari hobi, selera musik, cara berpikir.. et cetera, et cetera. Tapi entah kenapa saya bangga jadi orang aneh. Weird people are limited editions, ya know? Kita bukan golongan orang-orang tipikal. SO PROUD TO BE WEIRDOS, BEIBEH! B-) *dibapuk* eheh--beneran deh. Kadang gue malah cengengesan kalau ada yang bilang 'aneh lo Ran.'.

 Well yea, saya kadang emang ngerasa jadi anak aneh sih. Saya nggak suka Bruno Mars, really. Dan saat cewek-cewek lain mikir bahwa video klip 'Grenade' itu galau/sosweet/etc, saya malah nganggap dia gila. Okee--orang macem apa yang bakal nyeret-nyeret piano sepanjang jalan dan bukannya make yang ada aja? Oh men, jatuh cinta sih iya.. tapi jangan jadi budak cinta gitu dong. -.- *disepak* Saya jauh lebih suka Lifehouse dan Dashboard Confessional, entah kenapa. Mungkin faktor dicekokin sama lingkungan juga kali ya =)) tapi saya juga suka artis-artis mainstream kok. Selena, Taylor, Demi, Lady Antabellum. Beneran deh, kepala saya serasa mau pecah kalau denger lagu dugem. Atau hardcore metal. Sekenceng-kencengnya gue itu All the American Rejects. Lagu-lagu dugem? Ada tuh satu di laptop, Like a G6. Diputer palingan kalo gue lagi stress doang.

 Yaaa, saya udah ngabisin separagraf panjang buat musik, jadi ayo cabut. =))

 Apa lagi ya? Saya gampang banget dibikin blushing. Gampaaaaang banget. Yah--perlu orang-orang yang tepat juga sih ' 'b *krik* kalau saya benci sama orangnya sih boro-boro blushing, nengok aja nggak. Dan.. yea, just like other girls did, sometimes i dreamed about true love, blahblahblah. Heh, ngayalin begituan itu seru tau! =)) terus.. intinya saya itu bisa dibilang anak dengan 'multiple personalities sindrome' yang baru tahap awal. Sama orang tertentu saya bisa jadi patung. Sama orang tertentu bisa jadi super-dingin-jutek-etcetera-yunemit. Sama orang tertentu jadi girl-next-door yang inosen parah. Sama orang tertentu jadi sinting-gila-lawak-jail-nekat. Yaaah.. gitu lah pokoknya.

 Saya lebih ke tipe orang belakang panggung. Walaupun oke aja kalau disuruh maju. Karena saya suka banget sama medieval era, jadi kadang saya menganalogikan orang itu sebagai golongan orang-orang pada medieval ages. Contohnya kalau ada cewek yang cantik-imut-lucu-manja-eksis pasti bakal saya labelin princess. Cowok yang kalem-pinter-observan bakal saya kasih julukan 'General'. Cewek yang perfeksionis-kuat-dewasa bakal saya kasih julukan 'Warrior Lady'. Idk.. menurut gue kurang cocok aja kalau gue kasih label 'Queen'. Kecuali dia bijaksana-lemah lembut-banyak yang suka (sebagai temen), nah, itu dia. Gue melabeli diri gue sendiri apa?

 Neither mage or fairy.

 Dua-duanya berhubungan dengan sihir, yea? Nggak, saya bukan penganut pagean gitu. I just.. love it. Dua-duanya menggambarkan dua sisi saya yang bertolak belakang. Satu--si Mage--menggambarkan saya yang kalem, laid back, secretive, cold-blooded, kadang bisa jadi misterius dan dingin, tipe orang yang lebih suka beraksi di belakang. Tell, kapan sih ada mage yang jadi tokoh utama? Jarang, kan. On another hand, saya itu bubbly. Cerewet. Vibrant. Kadang suka riweh sendiri. Nyerocos nggak kira-kira. Ngomong nggak dipikir. Frontal, semi-jutek-tapi-boongan. Kadang suka absent minded sendiri. Just like a fairy, i guess.

 I tend to hide my true feelings. Iya saya tau ini tsundere =)) tapi saya emang tsundere kok. Marah-marah sama orang itu, berantem.. but yes, i do love him in such way. Dan entah kenapa saya selalu berhenti suka sama orang kalau dia udah punya pacar. I don't know how.. but seems like my heart do know when should i stop to expect things, yes? And i just simply back down. Walaupun dengan senyum miris. Hanya satu orang yang nggak pernah bikin saya berhenti berharap.. berhenti sayang sama dia. Walau saya nggak tahu itu cuma secara temenan--since we used to be so effin close--atau bahkan lebih. Yes, i used to like him. Orang itu. The one who make me locked-up for--say, three or two years. 

 Gue ga suka tipe cewek--mostly girls--yang super-duper-totally-drama-queen. Iya, gue pernah broken heart. Gue pernah berantem ama temen. Gue pernah dapet nilai jelek. Gue pernah ada konflik sama orang tua. Tapi gue nggak sampe ngetweet lima belas atau dua puluh tweets tentang gimana gue pengen mati gara-gara begituan doang. Dan ya, kalau gue emang udah sampe spamming curhat di twitter.. means i can't hold the pressure any longer. Tapi ngetweet 'mati aja' dengan emot nangis sampe entah berapa? Cih. Udah sih, kalau mau mati mati aja sana. Ga usah ngomong-ngomong. #edisicuek. Tapi beneran deh, live your life, value your breath. Selama lo masih bisa. 


 ...Sheesh, gue udah nulis seberapa panjang ini. Catch ya later. :-h