Selasa, 12 April 2011

Untitled: Side Story.

 Pleasure Beach Blackpool. Ingat sesuatu, Lilly?

 Aku hanya tertawa kecil saat melihat Joey dan Regina—anak Lucas yang sekarang sudah dua belas tahun—berdebat tentang roller coaster yang baru saja mereka naiki, dan memperdebatkan apa yang akan mereka naiki berikutnya. Well, pleasure beach blackpool. Selama sedetik aku tenggelam dalam memorinya tentang taman hiburan di pantai itu dan seseorang yang sudah menghabiskan salah satu musim panas bersamaku di tempat itu. Orang yang tiga bulan terakhir ini sedang ada di suatu tempat di Rusia, meneliti tanaman-tanaman obat.

 Pertama kali aku bertemu dengannya diluar kelas adalah di jembatan. Saat itu kami sama-sama menolong Eva—Evangeline Rothschilds, ingat kan?—yang kolaps karena fobianya kambuh bersama Kevin Grant. Pada saat itu tidak ada lagi yang kuketahui tentangnya selain namanya Valliant Ermintruchee, dia Hufflepuff dan seangkatan denganku. Tapi entah mengapa saat melihatnya di kelas-kelas atau sekedar berpapasan di koridor aku merasa bahwa ada sesuatu yang menghimpitnya sedemikian rupa. Dan pada saat kami berempat bertemu di jembatan aku tahu bahwa dia bisa dijadikan teman.

 Kali pertama kami benar-benar mengobrol dengan serius adalah di bagian belakang kereta Hogwarts Express. Aku masih ingat ekspresinya saat aku pertama kali melangkah ke belakang gerbong paling belakang. Dan pada saat itupun aku masih tidak tahu apa-apa tentangnya. Hanya sedikit bertambah bahwa saat itu kelihatannya ia sedang sangat frustasi, dan aku sempat terpikir untuk mundur dan tidak mengganggunya. Tapi ternyata semuanya berjalan baik, dan pertemuan di belakang kereta itu diakhiri dengan teriakan-teriakan dan tawa lebar. Dan setelah itu satu persatu tirai tentang rahasianya mulai terungkap. Tentang masalahnya dengan sepupunya. Tentang kakaknya yang suka mengiriminya hadiah-hadiah ‘membahayakan jiwa’. Et cetera, et cetera.

 Hogsmeade pada tahun keempat, memilih hadiah untuk ‘gadis rahasia’ teman Vale. Oh well, mungkin aku yang terlalu insensitif dan tidak menyadari bahwa gadis yang dibicarakannya sepanjang perjalanan adalah aku. Well, bodoh ya? Terlebih dengan pertanyaanku tentang tali pada malam musim dingin itu—bahkan aku masih ingin membenturkan kepala ke tembok terdekat kalau mengingat pertanyaan konyol itu. Dan ya, tidak semuanya berjalan lancar. Tahun kelima cukup sulit. OWL, kesibukannya sebagai Prefek, Axel yang masuk Hogwarts—dan dia yang menempel kepadaku walau aku bukan babysitternya, dan saat-saat tidak menyenangkan di kebun Hogwarts. Yah—walaupun pesta akhir tahunnya berhasil membuatku tidak bisa tidur semalaman.

 THAT was my very first kiss, Merlin’s beard!

 Aku masih tidak mengerti mengapa harus dia. Of all the boys in the Hogwarts i could fall for, i ended up falling for him. Tapi ya, bahkan hanya dengan kata-kata simpel atau gestur tidak sengaja darinya aku bisa merasa seolah-olah sedang melayang. Kepanikanku bisa teredam hanya dengan beberapa patah kata menenangkan darinya. Dan terkadang aku merasa sangat berdosa kepadanya—dia yang sudah banyak berjuang untukku. Lalu apa yang sudah kuberikan kepadanya? Tidak banyak, sejujurnya. Mungkin tidak ada. Lilly Springfield yang selalu membuat Valliant Ermintruchee kerepotan. Stupid Lilly. Tertawa sambil mengibaskan tangan pada Joey—sheesh, kan dia yang diberikan amanat untuk menjaga Regina—yang berlari mengejar anak perempuan itu, aku duduk di kursi terdekat. Mengeluarkan ponselku, menimbang-nimbang sebentar sebelum memutuskan untuk memanggil nomor tersebut.

 “Telepon saja apa susahnya sih?”

 Haa—bahkan untuk menelepon saja tidak bisa dalam suasana tenang. Aku memandang kebelakang—arah suara—dan memutar bola mata saat melihat Jason Springfield nyengir (sok) inosen menghadapku. Menepuk-nepuk kursi kosong di sebelahku, memberinya isyarat untuk duduk.

 “Menganggu tidak sih kira-kira?”

 “Hng—rasanya tidak. Dia sih tidak pernah terganggu olehmu—WOY!”

 “Aku serius!” pekikku gemas saat jitakanku mendarat di kepala adikku itu. Yeah, yeah, umurnya sudah sembilan belas, tapi rasanya harus menunggu bertahun-tahun lagi agar ia bisa jadi serius. Tapi kali ini rautnya tidak main-main—entah sekedar akting atau benar-benar serius.

 “Aku serius, tahu. Seems like he really do fall for you, yeah? Tadinya aku dan Selene berencana mengganggu kalian. Tapi rasanya cukup dengan Axel saja.” Berhenti, nyengir sejenak sebelum melanjutkan. “Bahkan ujung-ujungnya aku jadi tidak tega dan menyuruhnya mengikhlaskan kau dan Vale.” tawanya berderai setelah selesai dengan kalimatnya. Dan hal ini tentunya membuatku kaget.

 “Whoa, whoa. Jadi kau yang bilang padanya agar berhenti merecoki aku dan Vale?”

 “Mh-hm. Jadi tunggu apa? Cepat telepon. Tuh, Joey sedang sibuk dengan Regina. Tidak ada yang  menganggu.”

 Termangu sejenak, membiarkan Jason lolos dari pandanganku. Kembali memandang layar ponsel, aku menekan nomor yang dituju. Nomornya.

 “Hey, kau sedang apa disana? Disana musim dingin kan? Tapi kau tidak kenapa-kenapa kan—“

 Dan kalimatku terpotong oleh ledakan tawanya. Great.


 “Hey, hey, easy. Aku sedang duduk di taksi, ya, disini musim dingin seperti disana, dan aku baik-baik saja.”

 “Taksi? Kau memangnya dari mana dan mau kemana? Mau mencari jenis-jenis tanaman lagi?”




“Aku menuju bandara kok.”



Terhenyak sejenak. Bandara? Merlin, jangan bilang dia harus pergi ke suatu tempat untuk meneliti tanaman lagi. haruskah? Aku mencoba mengatur nada suaraku agar tetap terdengar biasa saja.


“Bandara? Mau pergi kemana lagi?”



“London. Pick me up at the airport, will you? See you there, love.”


 Aku terdiam sejenak sementara sambungan telepon terputus. Lalu tanpa basa-basi aku langsung berlari meninggalkan Pleasure Beach Blackpool, mencari taksi untuk segera berangkat ke Heathrow. Well—kalau ada apa-apa toh Jason bisa menelepon.

 He’ll be here soon, that’s what really matters.



IYEEE GUE LUPA DISCLAIMER HUAHAHAHAHA BODOOOH Valliant Ermintcruhee (c) to Ulil, sisanya punya gue. Btw ini sama kayak yang sebelumnya, beda POV aja. Ini POV-nya Lilly.

2 komentar:

  1. PAJAAAAANGGG!!!! YANG INI PAJANG JUGAAA!! *puter-puter samurai* *plak*

    Kalau gak dipajang, nanti aku bedah kamu tapi hati sama jantungnya gak jadi aku kasih ke Skandar Keynes, lho (-_-)V

    Pajang, pokoknya pajang. *dateng-dateng* *dikepret*

    BalasHapus
  2. Udah yang ini ga usah, cuma beda PoV doang :| ini lebih abal lagian ' 'b

    BalasHapus